Orang Kaya Baru

DIYerLabs – Di sebuah desa hiduplah seorang bapak yang usianya sekitar 57 tahun, dia hidup bersama istri dan 2 anaknya. Anak yang pertama berusia 13 tahun dan anak yang kedua berusia 7 tahun.

Bapak tersebut biasa disebut dengan pak Sum penjual bakso keliling dan istrinya yang bernama buk Mar. Pak Sum ini sudah berjualan bakso keliling selama kurang lebih 10 tahun.

Pada tahun ke 11 ini pak Sum sudah mulai menyicil membangun warung bakso sendiri yang lokasinya tidak jauh dari rumah tempat mereka tinggal.

Pada awal pembukaan warung bakso pak Sum cukup ramai pengunjung, karena memang bakso pak Sum sudah terkenal di desanya bahkan sampai ke desa sebelah.

Pak Sum dan buk Mar sangat senang karena antusias warga disini sangat bagus. Pak Sum sampai kualahan untuk menghidangkan pesanan bakso yang sangat banyak.

Karena memang dari awal pak Sum tidak pernah kepikiran warungnya akan ramai seperti ini jadi pak sum tidak mencari pegawai.

Tak hanya pak Sum dan buk Mar saja yang bekerja anak-anaknya pun juga ikut serta membantu agar semua pembeli bisa kebagian baksonya. Anak-anaknya membantu mulai dari membuatkan minum sampai cuci piring.

Selang beberapa bulan kedepan warung pak Sum kian hari kian ramai, jadi pak Sum dan bu Mar mencari pegawai, karena tetangga mereka ada yang membutuhkan perkerjaan akhirnya pak Sum menawarkan pekerjaan itu ke mas Agus (tetangga/pegawai pak sum).

Mas Agus ini sangatlah rajin, cekatan, dan bersih. Dia bekerja sangat bagus sampai pak Sum sudah jarang lagi pergi ke warung.

Suatu ketika saat mas Agus izin untuk melakukan ibadah dan meninggalkan warungnya buk Mar datang untuk berganti menjaga warung bakso tersebut.

Semakin hari pak Sum sudah tidak pernah kelihatan datang ke warung bakso tersebut karena dia rasa mas Agus sudah cukup untuk menjaga warungnya itu.

Sebulan sesudahnya pak Sum mencari pegawai lagi karena memang warung bakso itu kian hari kian ramai. Pak Sum mendapatkan 3 pegawai tambahan yaitu mbak Rika, mbak Nur dan mas Cipto dimana mereka nanti akan dibimbing oleh mas Agus selaku pegawai lama disana.

Karena sudah banyaknya pegawai pak Sum dan bu Mar sudah tidak pernah lagi datang ke warung dan mereka hanya berdiam diri dirumah sambil menunggu hasil penjualan setiap harinya.

Tak hanya itu pak Sum dan bu Mar juga yang selalu menyiapkan bahan-bahan dan membuat adonan bakso yang akan dijual agar kualitas dan rasanya tetap sama.

Keesokan paginya entah angin darimana tiba-tiba warung bakso pak Sum sepi tidak seperti biasanya yang selalu ramai pengunjung.

Pegawai-pegawainya terutama mas Agus kebingungan karena memang tidak seperti biasanya warung ini sepi pengunjung. Waktu sudah semakin petang akhirnya warung bakso tersebut tutup dan buka besok pagi lagi.

Mas Agus yang selaku admin atau pegawai lama itu datang kerumah pak Sum dan buk Mar untuk menyetorkan hasil penjualan hari ini.

Pak Sum kaget kenapa kok penghasil hari ini sedikit sekali dia marah-marah ke mas Agus. Dan mas Agus juga tidak tau kenapa warungnya tiba-tiba sepi.

Pagi harinya seperti biasa pak Sum dan buk Mar menyiapkan adonan bakso dan semua kebutuhan untuk dijual di warungnya. Namun memang aneh pagi itupun juga warung sepi biasanya baru buka warung saja udah pada banyak yang antri untuk membeli bakso pak Sum.

Setelah seminggu warung tetap sepi pembeli, pak Sum akhirnya pergi ke dukun. Disana pak Sum bertanya tentang warung baksonya yang mendadak sepi. Mbah dukun tersebut menjawab karena memang aura warung ditutup oleh seseorang yang iri dengan kesuksesan pak Sum.

“Gimana agar aura warung saya bisa kebuka  dan warungku Kembali ramai pembeli mbah?” tanya pak Sum ke mbah dukun tersebut.

“Taburkanlah pasir ini disekeliling warung kamu, sebelum membuat kuah bakso kamu rendam dulu telapak kaki kamu selama 1 jam. Dan air bekas rendaman telapak kaki kamu itu kamu campurkan ke kuah bakso, dengan itu kuah baksomu akan lebih lezat.” penjelasan mbah dukun.

“Tapi kamu jangan lupa setiap 1 tahun sekali di awal tahun kamu harus memberinya (makhluk halus) upah, berupa darah hewan yang baru dilahirkan/manusia).” Tambah mbah dukun.

Malam itu juga pak Sum mempraktikkan apa yang diucapkan oleh mbah dukun, dia menaburkan pasir yang telah dikasih mbah dukun tadi disekeliling warungnya.

Paginya dia memasukkan kaki di dalam baskom yang sudah diisi air yang mana air itu nantinya akan digunakan untuk membuat kuah bakso.

Buk Mar selaku istri pak Sum tidak mengetahui apa yang telah dilakukan pak Sum tersebut. Paginya waktu warung baru buka, warung begitu sangat ramai dan stok bakso yang biasa digunakan untuk esok harinya juga ikut ludes habis terjual hari itu juga.

Bahkan belum sampai siang sudah hampir habis bakso di warung pak Sum. Karena warung itu berhadapan dengan rumah pak Sum, jadi pak sum bisa tau apakah warungnya sudah ramai lagi dia mengintip dari jendela dan benar warungnya kembali ramai pembeli.

Sampai jauh dari jadwal warung tutup bakso sudah habis, jadinya warung tutup lebih awal. Mas Agus dan 3 pegawai lainnya sangat senang karena warungnya kembali ramai.

Setelah 1 tahun  berdirinya warung bakso pak Sum akhirnya bisa membeli mobil dan merenovasi rumahnya menjadi lebih bagus dan besar, serta memperluas warungnya. Jadi pegawai di warung bakso pak Sum itu sekarang jauh lebih banyak.

Pak Sum yang sekarang sudah terkenal dengan pengusaha bakso dan orang paling kaya didesa. Kini pak Sum menjadi sombong, dulu orangnya begitu sangat ramah sekarang dia begitu ketus dan tidak pernah menyapa orang yang dia jumpai.

Sedangkan buk Mar dia tetap sama orang yang selalu rendah hati dan tidak sombong, selalu membantu sesama juga. Kian hari warung itu kian ramai yang membuat pak Sum hampir setiap malam membuat kuah bakso dari air bekas kakinya itu kecapekkan.

Dia pun lupa akan janji kepada mbah dukun itu, dia sudah terobsesi dengan kekayaannya. Tidak pernah memikirkan janjinya ke mbah dukun itu. Keesokan paginya pak sum bangun kesiangan dan pada akhirnya yang membuat kuah bakso itu istrinya sendiri.

Dan tidak dicampuri oleh air bekas cuci kakinya itu. Pak Sum marah kepada istrinya kenapa dia tidak membangunkan pak sum, istrinya yang pada saat itu berada didapur produksi kaget “ya memang bapak tidurnya terlalu pules,  sudah aku bangunin bilangnya belum aku bangunin.” Ucap buk mar.

Pak sum pada saat itu mulai panik karena dia pikir nanti pembelinya pada complain karena rasa kuah baksonya yang berbeda. Siang itu pak Sum yang biasanya tidak pernah ke warung tiba-tiba ke warung unuk mengcek apakah warungnya ramai atau tidak.

Sesampai di warung pak Sum kaget karena memang warungnya dari pagi masih sepi dan belum ada yang membeli baksonya. Dia bertanya ke mas Agus “gimana gus ramai nggak hari ini?” ucap pak Sum.

“baru 1 porsi pak, heran juga saya kok tiba-tiba sepi ya.” Jawab mas Agus. Akhirnya pak Sum pulang ke rumah untuk berganti baju dan dia pergi ke rumah mbah dukun itu lagi.

Sesampai di rumah mbah dukun itu pak Sum mengetuk pintunya dan mbah dukun langsung membukakan pintu serta mempersilahkan masuk pak Sum. Mbah dukun sudah tau kenapa pak Sum kembali ke rumahnya.

“Aku sudah tau maksud kedatanganmu kesini, karena warungmu sepi lagi kan?” ucap mbah dukun. “ iya mbah, mbah kok sudah tau?” jawab pak Sum. “iya kan aku dukun somplak” ucap mbah dukun ketus.

“Oiya mbah, kenapa kok bisa sepi lagi ya warung saya?” tanya pak Sum. Mbah dukun menjawab. “Ya karena kamu lupa campur air bekas kakimu ke kuah to?” ucapnya.

“iya mbah” jawab pak Sum. “tapi kamu juga melupakan satu lagi janjimu, kamu harus memberiku darah hewan yang baru dilahirkan atau darah manusia yang baru dilahirkan“ jelas mbah dukun lagi.

Pak Sum yang melupakan janjinya itu kaget dan kebingungan karena mengapa dia bisa melupakan janjinya itu. “terus saya harus bagaimana mbah?” tanya pak Sum.

“Saya tidak bisa membantumu lagi, rasakan apa yang akan kamu dapatkan nantinya, itu sudah mesti kesalahanmu. Sekarang kamu pergi dari rumah saya.” Ucap mbah dukun yang sedang marah serta mengusir pak Sum pada siang itu.

Keesokan paginya pak Sum tiba-tiba merasa kepanasan dan meminta istrinya untu dibawa kerumah sakit, sesampai dirumah sakait dokter yang memeriksa pak Sum pun tidak bisa mendeteksi penyakit pak Sum. Dan sahu tubuh pak Sum juga normal.

Buk Mar juga kebingungan harus membawa suaminya kemana lagi, karena memang pak Sum sudah merintih kesakitan. Selang beberapa bulan kemudian pak Sum yang masih sakit itu hanya berbaring di atas Kasur saja.

Dan warung bakso miliknya sudah tutup sejak akhir pekan lalu. Bahkan pada saat kondisi pak Sum seperti ini semua warga disana tidak ada yang peduli, karena dia sudah begitu sakit hati dengan sifat pak Sum selagi dia masih sehat dulu.

Karena tidak ada pengobatan yang bisa menyembuhkan pak Sum, pak Sum pun akhirnya meninggal dunia. Istri dan anak pak Sum begitu sangat terpuruk karena kehilangan sosok suami dan ayah yang rajin seperti pak Sum.

You May Also Like

About the Author: administrator

Leave a Reply

Your email address will not be published.